Dear Phi…
Kutatap sebuah cermin kehidupanku
Menangisku, Tertawaku….. apa yang terjadi ?
Masih kuberdiri dan ku tak tahu lagi
Kenapa ku masih tetap berdiri !!!!
Disini…
Diriku menatap…
Seketika bertanyaku pada sahabat dihadapku
Kenapakah aku ?
Dan Mengapa aku ?
Sahabatku tataplah diriku dan jelaskan padaku…
Siapakah yang sedang memandangku
Dengan bola mata yang menyala-nyala
Dan tubuh berdarah-darah
Sinis…
Marahkah kau ?
Hingga kau tega menyemukan diriku
Membuyarkan seluruh wajahku
Menghilangkan seluruh yang kubanggakan
Yang ada pada diriku
Dan kau sembunyikan semua itu
Dibaliknya sisi lain keindahan pesonamu
Bicaralah… bicaralah !!!!
Bicara dan tolong jelaskan padaku
Ku mengerti…
Kau ingin diriku mengawini jiwaku
Dan tak lagi kembali padamu
Setelah kau sembunyikan keutuhan jiwaku
Dibaliknya sisi lain keindahan pesonamu…
….
(didalam ruang kesepian)
standar
ketika puisi dan sajak didedifinisikan sebagai tetesan air mata dari hati yang ga bertuan..rintihan mulut yang tak kunjung tersampaikan. hanya pesan pena yang terprasasti tuk dijadikan kenagan. Bila rasaku rasamu.sangupkah engkau menahan sakitnya terkhianati cinta yang kau jaga