Home > Celoteh Hati > di seberang langit biru..

di seberang langit biru..

Rasa sedih ketika ditinggalkan orang yang disayangi tidak ditentukan oleh tujuan orang itu pergi dan apa yang dikatakannya ketika mau pergi. Kesedihan itu muncul begitu saja di hati, itu sebabnya dikatakan bahwa kesedihan adalah masalah hati, bukan akal. Manusia dengan akal dapat mengendalikan rasa sedih namun tidak dapat mencegahnya muncul atau mengenyahkannya.

Ketika ditinggal mati oleh orang yang disayangi, semua orang merasa sedih. Kesedihan ditinggal mati orang yang disayangi sangat unik dan berbeda dengan kesedihan-kesedihan lainnya. Ketika ditinggal mati orang yang disayangi, tidak muncul perasaan marah, dikhianati, ditolak, direndahkan, dihina. Alasan almarhum meninggalkan kita bukan karena tidak membutuhkan kita lagi, tidak mencintai kita lagi atau menemukan seseorang atau sesuatu lebih berharga, menemukan cinta lain yang lebih indah, tetapi semata hanya karena waktunya sudah tiba…Ā 

Ketika ditinggal mati orang yang disayangi, muncul perasaan tidak berdaya karena tahu tidak ada kekuatan apapun yang dapat mencegahnya. Ada perasaan putus asa karena tahu seumur hidup takkan pernah bertemu dan berinteraksi lagi dengan almarhum. Ada perasaan haru yang trenyuh. Bagi sebagian orang, muncul samar-samar pertanyaan dalam hati, “Apa yang akan terjadi dengan almarhum setelah ini? Bagaimana dia akan melewati waktu-waktu selanjutnya?” Muncul rasa takut yang suci, kesadaran yang pasrah bahwa suatu saat kita juga akan mati. Ada perasaan bersalah karena merasa belum memberikan yang terbaik bagi almarhum, belum berbuat maksimal untuk mencegah kematian yang menjemputnya, belum berbuat maksimal untuk menyatakan rasa sayang kita baik secara perbuatan maupun perkataan dan tidak ada kesempatan lagi. Ada perasaan bersalah dan jengkel, karena merasa almarhum pantas mendapatkan cinta yang lebih besar dari kita dan dunia sebelum dia meninggalkan dunia ini. Perasaan sedih ditinggal mati orang yang disayangi, sulit dijelaskan apalagi untuk dimengerti, hanya orang-orang yang pernah mengalaminya dapat benar-benar mengerti perasaan ini.

Ketika berhadapan dengan jenasah almarhum yang kita sayangi, muncul perasaan hambar yang mistik. Perasaan ini membuat bingung, bagaimana harus memperlakukan almarhum. Ada perasaan gentar yang asing, walau mengenali wajah dan sosoknya dengan baik, tetapi dia telah menjadi seseorang yang asing, bahkan sesuatu yang asing. Kita tak dapat lagi merasakan dirinya apalagi cintanya. Kita merasa gentar dan tidak nyaman untuk memperlakukannya seolah-olah dia masih hidup dan merasa tidak tega dan tidak pantas bila memperlakukan dia seolah-olah benda mati atau bangkai binatang.

Perasaan ketika ditinggal mati orang yang disayangi sangat dasyat. Begitu dasyatnya perasaan ini sehingga banyak orang yang tidak mampu untuk menyalurkannya dengan wajar. Orang-orang demikian mungkin nampak tenang dan tak terpengaruh namun dengan berlalunya waktu, perasaan itu akan muncul kepermukaan, bahkan meledak. Contohnya aku, meski simbahku sudah lama meninggal, namun terkadang ketika mengingat kebersamaanku dengan almarhum perasaanku meledak nggak karu-karuan, sulit dikendalikan.

Para nabi Tiongkok kuno memahami perasaan dasyat tersebut dengan baik, maka dengan bimbingan Tian (Allah), mereka membuat pedoman bagaimana memperlakukan almarhum dan bagaimana mengungkapkan perasaan tanpa melanggar Jalan Suci Allah.

Setiap hari kita membaca tentang orang mati di media masa, mendengar tentang orang mati dan menonton di televisi berita-berita tentang orang mati. Semua berita kematian itu, walau membangkitkan rasa kasihan, namun tidak menyakitkan, karena kita tidak memiliki hubungan dengan orang-orang yang mati itu, tidak ada ikatan cintakasih.

Hari ini sudah berlalu 4 tahun lebih, dan hingga hari ini aku masih sering merindukan Nenekku itu, mungkin, sepanjang hidupku aku akan merindukannya. Ada saat-saat tertentu, aku begitu merindukannya, sehingga sering aku berkata sambil menatap ke langit.

“Hey, whats up Mbah!?, negeri di seberang langit biru itu indah kan? Di sana pasti daun-daun nggak pernah layu, langit selalu biru. Hei, selamat enjoy aja ya Mbah! Di sini semua ok-ok aja, kalau lagi ngumpul, kita suka kangen sama Simbah. aku sering bertanya-tanya, kapan ya kita ketemu lagi?”

Aku tak tahu apakah Nenekku dapat mendengar kata-kataku itu, sering terpikir, kalau suara dari neraka dapat terdengar di surga, mungkin suara dari dunia terdengar juga? Yang aku tahu adalah aku merindukannya walau telah 4 tahun lebih berpisah, dan mungkin aku akan merindukannya seumur hidupku. Berbicara kepadanya adalah caraku untuk melepas rindu. Aku jarang ke makamnya, karena sejak merantau aku sangat jarang pulang ke rumah, lebih mudah mengingat rohnya pergi ke negeri di seberang langit biru, untuk sebuah nama yang lebih baik, aku menyebutnya surga.

Untuk Simbahku Tercinta Mbah Diyah.

Categories: Celoteh Hati Tags: ,
  1. suci
    September 22, 2008 at 11:07 am

    wew mantep postingnya nie

    lagi kangen mbah po dim???

    sabar yah šŸ™‚

  2. telapakjari
    September 22, 2008 at 11:26 am

    hu`uh..
    hehehehe… biasa wae ah mbakyu.. šŸ™‚

  3. eta
    September 22, 2008 at 11:37 am

    hmmmmmmmmmmmmmmmphh…
    grandMa!! hikz hikz.. Lu napa post ini sih DIm..

    Grandma Gw baru MeninggaL 2 Bln yg lalu, dan gw ga ada Disana saat Beliau di makamkan.. Huhuhuhu T__T bete… Hikz..

    Semoga tempat yg layak AlLah berikan buat Grandma šŸ™‚

  4. telapakjari
    September 22, 2008 at 11:46 am

    Grandmall ??? weks.. hehehe *justkid*

    amin ya ta..
    semoga rohnya pergi ke negeri di seberang langit biru, untuk sebuah nama yang lebih baik, aku menyebutnya surga. ^_^

  5. eta
    September 22, 2008 at 11:48 am

    iyah…
    amin.. heh!! ga sopan arek IKI!

  6. telapakjari
    September 22, 2008 at 12:19 pm

    wew.. kok gak sopan?

  7. eta
    September 22, 2008 at 12:19 pm

    hahahahaha…
    GranDma bukan GrandMall šŸ˜¦

  8. lia
    September 22, 2008 at 5:22 pm

    no comment

  9. zha
    September 24, 2008 at 1:42 pm

    klo’ kangen ma nenek qmu…
    tp ga’ bisa ziarah…
    mending kirim doa za deh…
    aq ngerti perasaan qmu..
    coz…
    aq juga’ pernah kehilangan orang iank aq sayangi….

  10. telapakjari
    September 24, 2008 at 10:10 pm

    @zha
    tak perduli dimanapun kita berada..
    tak perduli kapanpun waktunya..

    aku yakin ketika kita ngerasa kangen sama seseorang yang sudah tiada, beliau pasti akan tersenyum memperhatikan kita. ^_^ (naif bgt ya?) tp ya gtu deh..

  11. September 25, 2008 at 1:34 pm

    hebat ya bisa smp sedlm itu perasaan kehilangan nenek, jarang2 loh ada cucu yg smp spt itu, mgkn kmu emang punya bnyk kenangan dengan beliau šŸ™‚

  12. July 20, 2009 at 1:03 am

    betul bgt!
    Rasa kehilangan itu ga bs kita ukur dgn waktu….udah lama kehilngan Bokap,adik jg teman baik, buat gw ttp aj jadi sebuah rasa sakit…
    Selalu ad aj, saat mengingat mereka gw psti sedih…tp jauh dlm hati kecil, gw sadar itu takdir, dan mereka semua (Org2 terkasih) itu udah senang di sana.
    Meski sll doa gw panjtkan…rasa rindu gw belum terbayar…

    Miss u All…

  13. October 25, 2009 at 7:21 pm

    apakah biru selalu identik dengan kesedihan?

  14. Dewi
    January 22, 2010 at 5:46 am

    Bener bgt

  1. No trackbacks yet.

Leave a reply to zha Cancel reply